Senin, 25 Mei 2015

Awal dari Segalanya

Hai semua:)

Selamat datang di blog ku;) Di blog ini banyak pengalaman pribadi ku.. Selamat membaca yaa;)

     Kenangan itu kembali terkenang, dimana saat itu banyak perselisihan yang terjadi. Semua itu disadari saat aku duduk dibangku kelas III SD. Saat aku naik ke kelas III SD aku jadi juara kelas dengan nilai ya cukup lumayan, tapi sayangnya waktu pembagian raport aku ngga bisa dateng ke sekolah karena penyakit yang memasuki tubuhku. Ya, bukan penyakit yang masuk begitu saja, tapi karna keteledoranku. Aku mengidap penyakit amandel, ga parah si.. tapi ngrasanya kaya sakit typus.  Gatau juga si, soalnya aku ga pernah sakit yang parah, palingan cuma batuk, pilek, panas, udah itu doang.
                  Hari pertama, aku berangkat ke sekolah pas jam 06.55 soalnya rumahku sama sekolahannya itu hadep - hadepan. Aku kalo duduk sama Zahra, sahabatku. Wali kelas datang, ya tak salah lagi itu Bu Lia, tetangga di rumahku, dan guru les Bahasa Inggrisku jadinya aku kenal, dan dia kenal aku.
                    Aku merasa, Bu Lia tak adil. Dia seakan mengistimewakan anak tertentu, begitu juga denganku. Bu Lia memilih petugas untuk pengurus kelas, dan yang terpilih adalah aku. Mulai dari ketua, sekertaris, bendahara itu semua aku. Awalnya si seneng, lama kelamaan engga. Semua itu bikin cape, belum lagi kalo ada perlombaan gitu, dari siswa siswi di kelasku, mariotas aku pasti terpilih. Antara senang dan sedih, senang karena dapat mencoba hal - hal yang baru dan sedih, ya sedih karena teman - temanku seakan iri dan ngga suka sama aku. Anak perempuan di kelasku cuma satu dua yang mau main sama aku, palingan cuman Zahra, Anti, sama Ama, itupun ngga sepenuhnya bisa dibilangnya sering. Biasanya aku main sama anak laki - laki, dan entah kenapa itu juga membuat temen perempuanku tambah ga suka.
                     Hari demi hari, mereka seakan menjauh. Namun, terkadang kata kata yang tak enak didengar itu terdengar oleh ku, mereka membicarakanku dari belakang. Saat dirumah aku sempat meneteskan air mata, dan memikirkan bahwa bila ku sendiri itu lebih baik, ketukan pintu membuyarkan lamunanku. Mbahku mengketuk pintu dan masuk ke kamarku, mbahku tau bila ku menangis. Akhirnya ku mengatakan yang sebenarnya. Beberapa hari kemudian, mbahku menunggu temanku didepan rumah, karena setiap anak yang pulang dari sekolah akan melewati depan rumahku. Mbahku memanggil Ama dan Anti, kedua nya sahabatku yang ikut - ikutan menjauhiku. Mbahku bercerita banyak hal kepadanya, dan beberapa menit kemudian mereka pulang tanpa sepengetahuanku. Keesokan harinya, ku terbangun dengan wajah berseri dan berharap ada keajaiban yang datang. Saat ku akan memasuki kelasku, yang awalnya keadaan kelas ramai dengan suara - suara yang terdengar olehku dari luar kelas dan merusak impianku dari awal bangun dari tempat tidur. Saat ku memasuki kelas itu, suara itu seketika hilang dan menjadi hening, tatapan mata yang tajam memandangku miris, langkah kaki ku berhenti karena terdengar suara yang memanggilku dari pintu kelas. Mbak Rena, dia kaka kelasku yang suka bermain bersamaku, dia mengajakku untuk bermain pada sore nanti. Mbak Rena pun berlalu, tatapan mata itu kian menipis, tak setajam dulu. Satu kalimat pun keluar dari ucapan salah satu temanku, "Eh, ternyata lagi suka wadul duh." Aku mencari sumber dari suara itu, dan ternyata suara itu adalah Ama. Akhirnya, ku menangis di bangku ku, tak ada satu orang pun yang membantuku. Sesosok wanita berdiri disampingku, saat ku menangis memejamkan mataku, ternyata Bu Lia telah mendengar semuanya, dan meminta teman - temanku untuk meminta maaf.
                     Kejadian itu, tak terulang hanya sesekali, namun berulang kali. Semua seakan tak ada yang memerdulikanku. Semua ini, terjadi hampir terulang dua bulan sekali. Ya, aku merasa, mereka datang dan meminta maaf hanya untuk memanfaatkanku. Disaatku tak bersama mereka, secara sengaja mereka membicarakanku. Membicarakan segala kekuranganku dan segala aib yang pernah ku ceritakan kepada mereka. Mereka juga suka menjelek - jelekannku di depan banyak orang, namun ku hanya bisa terdiam. Ku hanya menunggu sesuatu saat semua itu akan terbalaskan. Karena, bila terus menerus mengelak dan melawannya, tak mungkin mereka akan berhenti. Biarkanlah mereka saja yang sadar, bahwa persahabatan itu bukan karna materi suatu barang, tapi persahabatan itu murni dari hari untuk bersatu mengatasi konflik kehidupan, bukan untuk menjadi parasit dalam suatu kehidupan orang lain dan bukan menjadi benalu yang tak berbelas rasa terima kasih. Persahabatan bukan karena seseorang kesempurnaan fisik seseorang tapi karena kesempurnaan hati yang terasa hangat bila bersama. 

             Terima kasih :) Semoga menjadi pembelajaran, dan semoga bermanfaat :) 
.